Rabu, 20 April 2016

Peradaban, Etika, dan Estetika

A. Pengertian Peradaban

Peradaban adalah suatu perkembangan kebudayaan yang telah mencapai suatu tingkatan tertentu yang meliputi tingkat intelektual, keindahan, teknologi dan spiritualnya yang telah terlihat dalam masyarakat dimana ciri utamanya adalah masyarakatnya yang berbudaya. Peradaban sendiri sering disamakan arti dengan budaya, tetapi dalam definisi yang sering digunakan adalah istilah peradaban itu sendiri, dimana kata tersebut merupakan sebuah istilah deskriptif untuk menyebut pertanian dan budaya perkotaan yang lebih kompleks. Koentjaningrat menyatakan bahwa peradaban adalah sebagian besar unsur kebudayaan yang halus, maju dan indah seperti kesenian, ilmu pengetahuan, adat istiadat, sopan santun pergaulan, kelincahan dalam menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai sistem IPTEK dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Dalam bahasa Inggris, istilah peradaban sendiri disebut civilazion yang mempunyai arti penyempurnaan pikiran, tata krama atau rasa. Kata ini mulai dikenal sejak Kaisar Romawi Justian pada abad ke-6 memimpin konsolidasi hukum sipil Romawi dan menghasilkan kumpulan tulisan yang disebut Corpus Juris Civilis. Dalam bahasa Indonesia sendiri, peradaban berasal dari akar kata adab yang mempunyai arti akhlak atau kesopanan, dan kehalusan atau budi pekerti. Seseorang dikatakan beradab apabila ia dapat menunjukkan perilaku yang sopan dan mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud dari peradaban sendiri dapat berupa:

1. Moral
Adalah nilai-nilai dalam masyarakat yang dalam penerapannya berkaitan dengan tingkah laku masyarakatnya. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup dan bertindak secara baik sebagai manusia dan sekaligus sebagai petunjuk yang konkrit yang siap pakai tentang bagaimana seseorang itu harus hidup.

2. Norma
Adalah suatu aturan, ukuran, ataupun pedoman yang digunakan oleh masyarakat dalam menentukan benar atau salahnya suatu hal. Norma-norma tersebut mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda,yaitu:

a. Folkways, adalah norma-norma yang berdasarkan pada kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi dan apabila dilanggar tidak ada sanksinya, tetapi hanya akan dianggap aneh dan menjadi bahan pembicaraan umum di lingkungannya saja.
b. Mores, adalah norma moral untuk menentukan tata kelakuan yang tergolong benar atau salah, baik ataupun buruk. Dan seseorang yang melanggarnya akan dikenakan sanksi / dihukum sesuai dengan tingkat pelanggarannya.

3. Etika
Merupakan nilai-nilai dan norma tentang baik dan buruk yang menjadi pedoman dalam mengatur tingkah laku manusia pada umumnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia yang keseluruhannya mempelajari tentang gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai dengan tujuannya yang merupakan suatu tindakan.

4. Estetika
Hal ini sangat berkaitan erat dengan segala sesuatu yang mencakup nilai-nilai keindahan, kesatuan, keselarasan dan juga kebalikan (contrass). Istilah estetika ini dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten melalui beberapa uraiannya yang kemudian berkembang menjadi ilmu tentang keindahan. Beumgarten menggunakan istilah ini untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Peradaban yang ada di dunia ini telah melalui berbagai macam tahapan. Tahapan-tahapan peradaban tersebut dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

1. Gelombang Pertama
Gelombang pertama ini sebagai tahap peradaban pertanian, dimana tahapan ini merupakan dimulainya kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris)
2. Gelombang Kedua
Gelombang kedua ini merupakan tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri)
3. Gelombang Ketiga
Tahapan ini merupakan tahap peradaban informasi, dimana ditandai dengan penemuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dengan komputer ataupun alat komunikasi digital lainnya.

B. Estetika dalam Peradaban dan Kebudayaan Manusia

Menurut perspektif sejarahnya, estetika merupakan cabang dari filsafat atau biasa disebut dengan filsafat keindahan. Awalnya, estetika disebut dengan istilah keindahan (beauty). Sementara itu, istilah estetika baru digunakan sekitar abad ke-18.Dalam bahasa Indonesia kata indah selain memiliki makna yang sama dengan kata beauty juga bermakna peduli akan sesuatu, dan menaruh perhatian terhadap sesuatu. Makna tersebut sangat dekat dengan pendapat Plato yang menyatakan bahwa langkah pertama dalam memperoleh pemahaman terhadap keindahan adalah mencintai dan memperhatikan.Dalam arti luas, keindahan pada mulanya dikembangkan oleh bangsa Yunani yang mengandung nilai kebaikan. Filsuf Yunani mengungkapkan bahwa keindahan mencakup kebaikan yang diwujudkan dalam media yang menyenangkan.Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang terhadap hubungannya dengan segala sesuatu yang di serapnya melalui inderawinya. Karena itu keindahan dapat dikatakan sebagai bagian dari hidup manusia yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Estetika adalah suatu ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yang mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan menggunakan penilaian perasaan.Estetika atau keindahan yang merupakan karya cipta manusia tersebut dibatasi oleh suatu ruang dan waktu, dimana keindahan tersebut merupakan suatu kebenaran yang mempunyai daya tariknya tersendiri. Sifat-sifat dari keindahan itu sendiri yaitu:

1. Keindahan itu kebenaran (bukan tiruan)
2. Keindahan itu abadi (tidak pernah dilupakan)
3. Keindahan itu mempunyai daya tarik (memikat perhatian orang,menyenangkan, dan tidak membosankan)
4. Keindahan itu universal (tidak terikat dengan selera perseorangan,waktu dan tempat)
5. Keindahan itu wajar (tidak berlebihan dan tidak pula kurang atau menurut apa adanya)
6. Keindahan itu kenikmatan(kesenangan yang memberikan kepuasan)
7. Keindahan itu kebiasaan ( dilakukan berulang-ulang. Yang tidak biasa dan tidak indah namun karena dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi biasa dan indah).


a. Estetika dalam Peradaban Manusia

Estetika merupakan salah satu dari empat wujud peradaban dimana peradaban dan estetika saling melengkapi satu sama lain.Peradaban dan estetika memiliki pengertian yang sama, yaitu bagian dari kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju. Oleh sebab persamaan tersebutlah, suatu peradaban ada karena estetika dan estetika ada karena budaya.Estetika dan peradaban berkaitan sangat erat karena perhatian pada estetika sedemikian menonjol dan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memprakarsai aspek-aspek kehidupan intelektual dan spiritual dalam masyarakat.Bangsa Yunani kuno telah menyadari betapa pentingnya arti keindahan dan seni dalam konsep hidup manusia. Bangsa timur, termasuk Indonesia menempatkan pentingnya keindahan dan seni lebih tinggi dalam konsep hidupnya. Hasil-hasil karya seniman timur merupakan penampilan ekspresi tertinggi tentang kebutuhan spiritual ini. Plato melihat adanya hubungan yang harmonis antara seni dan keindahan. Bangsa Indonesia telah memperlihatkan hal ini sejak sebelum kedatangan orang Hindu di Indonesia. Prof. H. Muhammad Yamin dalam bukunya 600 Tahun Sang Merah Putih menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum kedatangan orang-orang Hindu di Indonesia telah memiliki tujuh kepandaian Austronesia. Kepandaian tersebut adalah:

1. Pandai bersawah dan berladang
2. Pandai beternak dan menyalurkan air
3. Pandai berlayar dan melihat bintang
4. Mempunyai kepercayaan yang teratur
5. Mempunyai kesenian rupa, pahat, dan logam.
6. Bersatunya masyarakat dan tata negara
7. Berpenghormatan sang Merah Putih.

Dari hal tersebut, bangsa Indonesia terbukti sejak awal zaman prasejarah telah menempatkan arti penting keindahan dan seni sebagai peradabannya dan bagian penting dalam hidupnya.Citra peradaban suatu bangsa lebih mudah diamati melalui kualitas estetika artefak yang ditinggalkannya dibandingkan dengan skala waktu dan pencapaian-pencapaian budaya yang sejalan. Nilai estetika sesaat yang menyertai peradaban dapat di kategorikan kurang memiliki kebudayaan yang tinggi, akan tetapi nilai estetikanya yang membudaya dan berlangsung selama berabad-abad lamanya telah membuktikan tingkat kebudayaan dan kejayaannya dalam menghadapi waktu. Dick Hartoko menyatakan bahwa pengalaman estetis ini memiliki daya yang luar biasa dalam membentuk manusia modern.

Kebudayaan nilai estetis diyakini berperan penting dalam pendidikan kreatif yang membentuk masa depan.Hasil karya keindahan dan estetika memiliki makna “operasional”terhadap pencapaian peradaban masyarakat, baik yang berkaitan dengan kemampuan teknologi, situasi ekonomi, gaya hidup masyarakat, dinamika sosial, kebijakan pembangunan, hingga ke tingkat cita dan rasa masyarakatnya.Pergeseran nilai estetika dalam peradaban yang dipahami sebagai salah satu penyadaran merupakan suatu proses pemahaman dalam suatu fenomena budaya, dan pengambilan tindakan untuk menyaring unsur-unsur positif atas negatif dari terjadinya pergeseran-pergeseran nilai estetika tersebut. Fenomena pergeseran yang terjadi karena terdapat unsur-unsur dari luar maupun dinamika proses kreasi dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Di sisi lain, pergeseran-pergeseran tersebut merupakan suatu upaya dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk pembelajaran budaya masa depan dan peradaban mereka selanjutnya agar lebih baik.Proses pewarisan nilai antar peradaban sebenarnya telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu sebagai suatu proses yang berjalan secara alamiah. Dan di Indonesia sendiri wacana estetika terbagi atas lima kelompok besar yaitu:

1. Estetika Akademik
2. Estetika Perdagangan
3. Estetika Tradisi
4. Estetika Keagamaan
5. Estetika Partisipan

Estetika inilah yang menjadi penjaga peradaban manusia, karena ia tidak akan pernah bisa ditaklukkan oleh kekerasan ataupun kekuasan otoriter sekejam apapun itu.


b. Estetika dalam Kebudayaan Manusia

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut istilah, kebudayaan adalah sesuatu yang agung, mewah, dan mahal karena kebudayaan tersebut lahir dari cipta, karya dan karsa manusia yang semua itu merupakan sifat yang melekat pada diri manusia sejak ia dilahirkan di dunia ini. Keindahan adalah salah satu sifat dalam diri manusia yang berada dalam karya ciptanya. Dalam sebuah kebudayaan tersebut, apapun bentuknya pastilah memiliki nilai-nilai keindahannya masing-masing. Dimana keindahan / nilai estetika tersebut merupakan perwakilan dari sifat-sifat kebudayaan itu sendiri.

Kebudayaan banyak jenisnya, ada yang mewakili nilai-nilai sosial, spiritual, perjuangan, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.Biasanya orang-orang yang telah banyak melihat keindahan hal tersebut dari keseniannya saja, padahal dari jenis-jenis kebudayaan lain terdapat nilai-nilai keindahan di dalamnya Kebudayaan yang memiliki nilai estetika tersebut merupakan suatu kekayaan yang merupakan ciri khas suatu daerah dan lahir dari hasil karya cipta manusia yang keseluruhannya merupakan sifat yang ada pada diri manusia.Setiap kebudayaan yang lahir dan berada di dunia ini pada dasarnya memiliki nilai-nilai keindahan / estetikanya. Meskipun terdapat perbedaan sudut pandang antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Tetapi setiap nilai estetika tersebut adalah hasil karya dari sebuah kebudayaan dan dari sebuah budaya dapat mempersatukan kebudayaan tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pertumbuhan nilai-nilai estetika dalam kehidupan sehari-hari secara umum dibangun oleh masyarakat itu sendiri dalam upaya untuk meningkatkan kualitas budayanya. Kreatifitas yang telang menggerakkan manusia melalui aneka pemecahan masalah menggunakan logika dan kecerdasannya. Melalui daya kreatifitas tersebutlah manusia mampu untuk membangun kembali dan melakukan evolusi dalam kebudayaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar